Kamis, 13 Desember 2012

LAPISAN MASYARAKAT(STRATIFIKASI SOSIAL)



A.    Pengertian Lapisan Masyarakat (Stratifikasi Sosial)
Secara etimologi stratifikasi sosial berasal dari dua kata yaitu stratifikasi dan sosial. Kata stratifikasi sosial berasal dari bahasa latin yaitu stratum (jamaknya: strata) yang berarti lapisan atau tingkat masyarakat. Senada dengan pengertian tersebut, Tesaurus Bahasa Indonesia juga mengartikan stratifikasi sebagai pelapisan atau penjenjangan.
Kata sosial dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary, berasal dari kata social yang artinya concerning the organization of and relations between people and communities. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat.
            Sedangkan secara terminologi, stratifikasi sosial artinya pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atas dasar kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise.
Menurut Pitirim A. Sorokin, stratifikasi social adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat. Pitirim A. Sorokin juga mengatakan bahwa lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur. Lapisan-lapisan kelas secara bertingkat dapat dibedakan menjadi tiga unsur, yaitu kelas atas, menengah, dan kelas bawah. Golongan yang berada dalam kelas atas adalah golongan yang memiliki banyak uang, kekuasaan, dan mungkin juga kehormatan.
B.     Terjadinya Lapisan Masyarakat
Sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Akan tetapi, ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan, kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.
Ada dua tipe penyebab terjadinya stratifikasi sosial, pertama; terjadi dengan sendirinya, kedua; terjadi secara sengaja. Stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
Sedangkan stratifikasi sosial yang terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, seperti: pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, angkatan bersenjata.
Beberapa kriteria yang menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial adalah sebagai berikut;
·         Ukuran kekayaan
Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran rumah, mobil pribadi, cara berpakaian, dsb.
·         Ukuran Kekuasan
Seseorang yang memiliki wewenang terbesar menempati lapisan paling atas. Misalnya saja presiden, menteri, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, hingga ketua RT.
·         Ukuran Kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati biasanya mendapatkan tempat paling tinggi. Ukuran ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
·         Ukuran Ilmu Pengetahuan
Seseorang yang memiliki derajat pendidikan yang tinggi menempati posisi teratas dalam masyarakat. Misalnya, seorang sarjana lebih tinggi tingkatannya dari pada seorang lulusan SMA. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang menyebabkan terjadinya efek negatif karena ternyata bukan mutu ilmu pengetahuannya yang menjadi ukuran, melainkan ukuran gelar kesarjanaanya.
Ukuran-ukuran diatas tidaklah bersifat limitative. Masih banyak ukuran-ukuran lain yang dapat digunakan untuk menentukan stratifikasi sosial masyarakat.

C.     Sifat Lapisan Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya, pelapisan sosial dibedakan menjadi sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem pelapisan sosial campuran.
1)      Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas (perpindahan) dari satu lapisan ke lapisan sosial yang lain. Dalam sistem ini, satu-satunya kemungkinan untuk masuk pada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan. Contoh:
·         Sistem kasta di India. Kaum Sudra tidak bias pindah posisi naik di lapisan Brahmana.
·         Rasialis. Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bias pindah kedudukan di posisi kulit putih.
2)      Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertical maupun horizontal. Setiap orang memiliki kesempatan berusaha untuk menaikkan, menurunkan, maupun menstabilkan statusnya. Contoh:
·         Seorang miskin karena usahanya bias menjadi kaya, atau sebaliknya.
·         Seorang yang rendah tingkat pendidikannya dapat memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dengan usaha yang gigih.
3)      Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
D.    Kelas-kelas Dalam Masyarakat (Social Classes)
Kelas sosial adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya didalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu di ketahui serta diakui oleh masyarakat umum.
Ada beberapa pendapat tentang kelas sosial, antara lain sebagai berikut:
·         Kurt. B. Mayer, istilah kelas sosial hanya di pergunakan untuk lapisan yang berdasrkan atas unsure-unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasrkan atas kehormatan kemasyarakatan dinamakan kelompok kedudukan (status group).
·         Max Weber, membuat perbedaan antara dasar-dasar ekonomis dan dasar-dasar kedudukan sosial, dan tetap menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis di baginya lagi dalam kelas yang berdasarkan atas pemilikan tanah dan benda-benda, serta kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dan menggunakan kecakapannya. Adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dan dinamakan stand.
Definisi lain dari kelas adalah berdasarkan kriteria tradisional, yaitu:
1.      Besar jumlah anggotanya
2.      Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya
3.      Kelanggengan
4.      Tanda/lambing-lambang yang merupakan cirri khas
5.      Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu ada kelompok lain)
6.      Antagonisme tertentu
Sehubungan dengan kriteria tersebut di atas, kelas menyediakan kesempatan atau fasilitas-fasilitas hidup tertentu (life chances) bagi anggotanya.
E.     Unsur-unsur Lapisan Masyarakat
Lapisan masyarakat terdiri dari dua unsure, yaitu kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan dua unsure yang memilki arti penting bagi sistem sosial.
a)      Kedudukan (status)
Kadang-kadang dibedakan antara pengertian kedudukan (status) dengan kedudukan sosial (social status). Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.

Ada 3 macam status sosial dalam masyarakat:
Ø  Ascribed Status; adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya. Misalnya, kedudukan seorang anak bangsawan adalah bangsawan pula, seorang kasta Brahmana juga akan memperoleh kedudukan yang sama. Contoh lainnya yaitu kedudukan laki-laki yang lebih tinggi dari pada perempuan dalam suatu keluarga.
Ø  Achieved Status; adalah status sosial yang didapat seseorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. Status pekerjaan, misalnya sebagai dokter, dosen, buruh, dll, sangat menentukan status seseorang dalam masyarakat. Begitu juga dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuh seseorang. Seorang sarjana tentu dipandang lebih tinggi statusnya dari pada orang yang hanya lulus sekolah dasar. Hal itu merupakan hasil dari usaha keras yang telah dilakukan.
Ø  Assigned Status; adalah status sosial yang diperoleh seseorang didalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya. Dalam hal ini, kesalehan seseorang dalam beragama termasuk didalamnya. Jika seseorang memiliki pengetahuan agama yang dalam, maka ia akan memiliki status yang lebih tinggi di masyarakat.
b)      Peranan (role)
Sedangkan peran sosial merupakan aspek yang lebih dinamis dibandingkan dengan kedudukan. Status sosial merupakan unsure statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peran lebih menjurus pada fungsi seseorang dalam masyarakat. Meskipun demikian, keduanya tak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lainnya saling berhubungan.
Berdasarkan cara memperolehnya, peranan dibedakan menjadi dua yaitu:
Ø  Peranan bawaan (ascribed roles) : yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan karena usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak ketua RT, dan sebagainya.
Ø  Peranan pilihan (achive roles) : yaitu peranan yang diperoleh atas keputusannya sendiri, misalnya seseorang memutuskan untuk memilih Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Berdasarkan pelaksanaanya, peranan sosial dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Ø  Peranan yang diharapkan (expected roles) : yaitu cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan tersebut dilaksanakan secermat-cermatnya dan tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang telah ditentukan. Misalnya, peranan hakim, diplomatic, dan sebagainya.
Ø  Peranan yang disesuaikan (actual roles) : yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan tersebut dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih dinamis, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu.
Suatu peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena peran dapat berfungsi sebagai; pertama, memberi arah pada proses sosialisasi. Kedua, pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai, norma, dan pengetahuan. Ketiga, dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat. Keempat, menghidupkan sistem pengendali dan kontrol sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.

1 komentar:

  1. AgenBola855,com | mybet188,com | Agen Taruhan Bola Online Terpercaya | AGEN BOLA TERPERCAYA PIALA DUNIA 2014
    Promo Bonus Semua Member | Agen Bola | Taruhan Bola | Judi Bola | Judi Online | Agen Casino
    Deposit Mulai Rp50rb, dapat Bonus Beeting dari Agen Bola Terpercaya Anda, Deposit Minimal dengan Bonus? Maksimal? dari Agen Bola Kesayangan Anda
    silahkan register disini,
    agenbola855,com/register | mybet188,com/register
    link bebas nawala disini
    118.139.177.66/~mybet188 | 203.124.99.248/~agen855

    BalasHapus